Se-abad silam,
tepatnya 1884, Enrico Piaggio pengusaha muda berdarah Italia, memulai usahanya
di bidang pesawat terbang. Dua puluh tahun kemudian, dia bangkrut. Tapi karena
bersemangat dalam dunia bisnis, Piaggio pantang menyerah. Lalu, ia mulai
merancang alat transportasi dengan alternatif kendaraan niaga ringan.
Maka pada 1945, kontruksi alternatif tersebut ditemukan.
Awalnya memang sebuah konsep sepeda motor berkerangka besi dengan lekuk
membulat bagai terowong. Yang mengejutkan, ternyata staternya dirancang dengan
memakai komponen bom dan rodanya diambil dari roda pesawat tempur.
Hasilnya munculah produk motor dengan seri P108. Kendaraan
ini berteknologi sederhana tapi punya bentuk yang amat menarik, bagai binatang
penyengat (lebah) karena bentuk kerangkanya. Akibat tampilannya itu, motor ini
lebih sering dinyatakan sebagai Wespe atau Vespa, yang artinya memang binatang
penyengat.
Guna mengoptimalkan bentuk dan keamanan pemakainya, pabrikan
yang kala itu masih boleh disebut sebagai usaha kaki lima, lalu merancang papan
penutup kaki pada bagian depan. Proyek ini langsung dipimpin ahli teknik
konstruksi terkenal di Italia kala itu, Corradino d’Ascanio.
Hak paten pun segera mereka kantongi. Namun, karena bentuk
penutup pengaman yang mirip papan selancar itu, sejumlah pekerja di pabrik
Piaggio pun mengatakannya sebagai motor Paperino. Paperino adalah sindiran
sinis untuk tokoh Donald Duck (bebek). Maka, d’Ascanio pun putar akal untuk
memperbaiki model tersebut.
Perkembangan selanjutnya, produk ini ternyata laris manis
diserap pasar dalam negeri dan luar negeri, seperti Perancis, Inggris, Belgia,
Spanyol, Brasilia, dan India. India pun belakangan memproduksi jenis dan bentuk
yang sama dengan memakai mesin Bajaj. Jenisnya adalah Bajaj Deluxe dan Bajaj
Super. Sejumlah pihak lantas mengajukan lamaran untuk joint membuat Vespa. Maka
pada 1950 munculah Vespa 125cc buatan Jerman.
Saat itu banyak negara lain yang mencoba membuat produk
serupa. Tapi ternyata mereka tak sedikit pun mampu menyaingi Piaggio. Di antara
pesaing itu adalah Lambretta, Heinkel, Zundapp, dan NSU. Bagi masyarakat
Indonesia, produk Lambretta dan Zundapp, sempat populer di era 1960an.
Selidik punya selidik, ternyata fanatisme terhadap Vespa
muncul akibat ciri dasar bentuknya yang selalu dipertahankan pada setiap produk
berikutnya. Bahkan saat mereka terbilang melakukan revolusi bentuk pada produk
baru, yakni Vespa 150 GS, kekhasan ”pantat bahenolnya” masih terasa melekat.
Vespa 150 GS, dikenal sebagai Vespamore dan selalu tampil di tiap film tahun
1960-an.
Perkembangan selanjutnya Vespa diarahkan pada bentuk sportif
yang terlihat pada produknya di tahun 1951. Dan produk tersebut sempat mendapat
mendali emas untuk kategori motor sportif di Eropa. Dan aktualisasi terbukti
dengan pecahnya rekor kecepatan 171 km/jam untuk kendaraan Vespa bermesin
125cc. Sejak itulah para Vespamania terlihat sering berkonvoi keluar kota
secara berombongan.
Khusus untuk Lambretta, sebenarnya diproduksi lebih tua dari
Vespa, tapi sempat terhenti produksinya. Tatkala Vespa berproduksi, Lambretta
pun muncul lagi. Hanya posisi mesinnya berbeda dengan Vespa. Vespa bermesin di
samping, sedang Lambretta di tengah. Sementara untuk skuter buatan Jerman,
namanya NSU Prima. Jepang pun tak ingin ketinggalan, tahun 1960-an,
mengeluarkan jenis skuter Rabit.
Selain Vespa, di Italia ada beberapa produsen motor yang
memproduksi jenis skuter ini. Di masa sekarang mereka menghasilkan skuter
berkecepatan tinggi. Contohnya, jenis scooter yang di Italia dikenal sebagai
Velocivero, buatan Italjet. Skuter ini konon tergolong jenis tercepat di dunia
yakni melebihi 180 kilometer per jam. Di Indonesia, ada juga jenis seperti ini
yang dipasarkan oleh Aprilia dengan nama Italjet Dragster. Pula ada Cagiva yang
menelurkan Cagiva Cucciolo
Maka pada 1945, kontruksi alternatif tersebut ditemukan. Awalnya memang sebuah konsep sepeda motor berkerangka besi dengan lekuk membulat bagai terowong. Yang mengejutkan, ternyata staternya dirancang dengan memakai komponen bom dan rodanya diambil dari roda pesawat tempur.
Hasilnya munculah produk motor dengan seri P108. Kendaraan ini berteknologi sederhana tapi punya bentuk yang amat menarik, bagai binatang penyengat (lebah) karena bentuk kerangkanya. Akibat tampilannya itu, motor ini lebih sering dinyatakan sebagai Wespe atau Vespa, yang artinya memang binatang penyengat.
Guna mengoptimalkan bentuk dan keamanan pemakainya, pabrikan yang kala itu masih boleh disebut sebagai usaha kaki lima, lalu merancang papan penutup kaki pada bagian depan. Proyek ini langsung dipimpin ahli teknik konstruksi terkenal di Italia kala itu, Corradino d’Ascanio.
Hak paten pun segera mereka kantongi. Namun, karena bentuk penutup pengaman yang mirip papan selancar itu, sejumlah pekerja di pabrik Piaggio pun mengatakannya sebagai motor Paperino. Paperino adalah sindiran sinis untuk tokoh Donald Duck (bebek). Maka, d’Ascanio pun putar akal untuk memperbaiki model tersebut.
Perkembangan selanjutnya, produk ini ternyata laris manis diserap pasar dalam negeri dan luar negeri, seperti Perancis, Inggris, Belgia, Spanyol, Brasilia, dan India. India pun belakangan memproduksi jenis dan bentuk yang sama dengan memakai mesin Bajaj. Jenisnya adalah Bajaj Deluxe dan Bajaj Super. Sejumlah pihak lantas mengajukan lamaran untuk joint membuat Vespa. Maka pada 1950 munculah Vespa 125cc buatan Jerman.
Saat itu banyak negara lain yang mencoba membuat produk serupa. Tapi ternyata mereka tak sedikit pun mampu menyaingi Piaggio. Di antara pesaing itu adalah Lambretta, Heinkel, Zundapp, dan NSU. Bagi masyarakat Indonesia, produk Lambretta dan Zundapp, sempat populer di era 1960an.
Selidik punya selidik, ternyata fanatisme terhadap Vespa muncul akibat ciri dasar bentuknya yang selalu dipertahankan pada setiap produk berikutnya. Bahkan saat mereka terbilang melakukan revolusi bentuk pada produk baru, yakni Vespa 150 GS, kekhasan ”pantat bahenolnya” masih terasa melekat. Vespa 150 GS, dikenal sebagai Vespamore dan selalu tampil di tiap film tahun 1960-an.
Perkembangan selanjutnya Vespa diarahkan pada bentuk sportif yang terlihat pada produknya di tahun 1951. Dan produk tersebut sempat mendapat mendali emas untuk kategori motor sportif di Eropa. Dan aktualisasi terbukti dengan pecahnya rekor kecepatan 171 km/jam untuk kendaraan Vespa bermesin 125cc. Sejak itulah para Vespamania terlihat sering berkonvoi keluar kota secara berombongan.
Khusus untuk Lambretta, sebenarnya diproduksi lebih tua dari Vespa, tapi sempat terhenti produksinya. Tatkala Vespa berproduksi, Lambretta pun muncul lagi. Hanya posisi mesinnya berbeda dengan Vespa. Vespa bermesin di samping, sedang Lambretta di tengah. Sementara untuk skuter buatan Jerman, namanya NSU Prima. Jepang pun tak ingin ketinggalan, tahun 1960-an, mengeluarkan jenis skuter Rabit.
Selain Vespa, di Italia ada beberapa produsen motor yang memproduksi jenis skuter ini. Di masa sekarang mereka menghasilkan skuter berkecepatan tinggi. Contohnya, jenis scooter yang di Italia dikenal sebagai Velocivero, buatan Italjet. Skuter ini konon tergolong jenis tercepat di dunia yakni melebihi 180 kilometer per jam. Di Indonesia, ada juga jenis seperti ini yang dipasarkan oleh Aprilia dengan nama Italjet Dragster. Pula ada Cagiva yang menelurkan Cagiva Cucciolo
http://k3mb4r091.blogspot.co.id/2008/10/awal-mula-terciptanya-vespa.html
http://k3mb4r091.blogspot.co.id/2008/10/awal-mula-terciptanya-vespa.html
0 komentar:
Posting Komentar